Menyapa Pagi di Ranu Kumbolo

Ranukumbolo
Ranukumbolo Sabtu jam 5 pagi pak Mariadi sudah memanggil kami dari tenda sebelah " Mba bangun mba sunrise nya sudah keluar, sayang kalau kelewat ". Saya dan Deli langsung bangun dan bergegas membuka setengah pintu tenda karena udara diluar masih sangat dingin. Lalu kami keluar dari tenda dan yeayy akhirnya saya bisa menyapa pagi di Ranukumbolo.
Sunrise


Cuma dapat foto kaya gini karna ramai
Di depan danau sudah ramai orang - orang yang mengantri giliran foto sampai Saya dan Deli tidak dapat tempat yang pas untuk foto. Mau foto pemandangan danaunya saja susah kalau nunggu kosong, yasudah lah mending kami fokus menikmati suasana pagi di Ranukumbolo.

Mau cari lapak aja masih sempat foto - foto
Tiba - tiba perut saya mulai tidak enak, biasa lah panggilan alam setiap pagi. Saya langsung ajak Deli cari lapak dan kebetulan dia juga mau buang air kecil. Kami tidak berani ke toilet umum dekat shelter karena radius 5 meter saja aroma tidak enak sudah tercium. Kami langsung melipir ke arah jalan pulang dan kami menemukan jalan setapak ke atas. Saya mulai naik perlahan sambil cari tempat yang pas untuk buang air besar. Dan  saya banyak menemukan ranjau manusia yang tidak ditutupi atasnya ieww, naik lagi keatas ketemu lagi, naik sedikit lagi dan tetap ketemu lagi. Ya ampun ternyata di Ranukumbolo banyak ranjau nya.
Ternyata view dari samping juga cantik


Selesai menunaikan panggilan alam kami langsung kembali ke camping ground untuk siap - siap mengeksplore. Di perjalanan pulang kami sempat foto danau Ranukumbolo dari sisi samping, ternyata pemandangan dari samping bagus juga.

Tanjakan cinta
Pagi itu cuaca di Ranukumbolo sangat cerah, saya tidak sabar ingin buru - buru ke oro - oro ombo mudah - mudahan saya masih beruntung bisa melihat oro - oro ombo yang berwarna ungu. Perjalanan menuju oro - oro ombo sudah pasti harus melewati tanjakan cinta yang terkenal di film 5 cm, untungnya saya jomblo jadi bebas menoleh kebelakang.


Thanks God akhirnya bisa kesini
Sampai diatas bukit saya langsung mengabadikan moment yang sangat indah ini. Dari atas pemandangannya benar - benar keren, tenda - tenda yang ada di camping ground mempercantik pemandangan danau. Selama ini saya hanya bisa melihat keindahannya hanya di foto tapi kali ini saya bisa melihat langsung. Kami berdua diam sesaat untuk menikmati keindahan dari danau Ranukumbolo.
Oro - oro ombo nya kering
Lalu kami melanjutkan perjalan kebawah menuju oro - oro ombo yang jaraknya tidak jauh dari atas. Dan ternyata oro - oro ombo nya kering seperti padang savana, tidak ada tanaman Verbena Brasiliensis yang berwarna ungu. Padahal saya sudah membayangkan bisa melihat dan berfoto di tengah - tengah hamparan tanaman Verbena Brasiliensis. Saya fikir bulan juli masih bisa melihat tanaman ini tapi ternyata saya kurang beruntung. 
Tiba - tiba kabut turun
Saya penasaran ingin turun ke bawah oro - oro ombo, Deli tidak mau saya ajak kebawah karena jalannya lumayan curam dan karena dia sudah pernah juga. Akhirnya saya memberanikan diri untuk turun sendiri kebawah, di depan saya lihat ada 5 orang cewek - cewek yang menyusuri oro - oro ombo. Pengen teriak ikut join tapi jaraknya lumayan jauh kalau ngejar mereka takutnya malah ketinggalan, lalu tiba - tiba kabut turun sangat tebal saya langsung buru - buru naik keatas karena takut juga sendirian dibawah hehehe...
Kabut menyelimuti Ranukumbolo
Cuaca yang tadinya cerah mendadak diselimuti kabut tebal dan mendung, kami langsung turun ke camping ground karena sepertinya akan turun hujan. Benar saja tidak lama kami sampai di tenda hujan turun, untung lah kami buru - buru turun kalau tidak pasti sudah kehujanan.
Menu Sarapan
Diluar pak Mariadi dan pak Weni sedang sibuk memasak untuk sarapan, kami hanya bisa diam ditenda sambil menunggu sarapan. Jadi gak enak sama kedua bapak itu hujan - hujan gini harus masak untuk kami. Salut sama ke dua bapak itu karena mereka tidak kenal lelah padahal baru hari rabu kemarin mereka sampai dirumah setelah mengantar tamu ke Ranukumbolo. Jadi dalam seminggu mereka bisa jalan dua kali ke Ranukumbolo untuk mengantar tamu. Itu baru Ranukumbolo yah belum lagi kalau ada tamu yang akan summit ke Semeru. 
Nungu hujan reda
Kami hanya bisa diam di dalam tenda sampai akhirnya kami tidur lagi sambil menunggu hujan reda. Hujan masih mengguyur Ranukumbolo dari jam 8 pagi, beberapa pendaki sudah mulai membongkar tendanya sambil hujan - hujan an. Kami memutuskan jika sampai jam 12 siang hujan belum reda juga maka kami terpaksa turun ke Ranu Pane hujan - hujan an. Jam 12 siang hujan mulai reda hanya sisa gerimis, mumpung gerimis pak Mariadi dan pak Weni langsung buru - buru membongkar tenda sedangkan kami menunggu mereka di shelter.
Pak Mariadi & Pak Weni dengan carriel nya
Selesai membongkar tenda kami mulai melanjutkan perjalanan pulang ke desa Ranu Pane. Jalanan pasti sangat licin dan kami harus lebih hati - hati. Yang saya kuatirkan adalah dua tempat ekstrim yang kami lalui semalam. 


Selfie sebelum kepeleset
Beberapa kali kami minta tolong pada ke dua bapak untuk memeganggi tangan kami karena takut terpeleset. Apalagi sepatu saya tidak terlalu safety untuk dipakai treking karena saya memakai sepatu running. Di turunan pos 3 yang semalam kami susah payah naik inilah saya sempat terpeleset. Sebelum terpeleset kami masih sempat berfoto selfie bersama pak Mariadi dan pak Weni, saya baru sadar kalau kami belum ada foto bersama mereka.
Jalannya berlumpur
Ketika perjalanan pergi kami masih bisa memilih dan menghindari jalanan berlumpur tapi pada saat pulang semua jalanan berlumpur kami terabas. Cuaca yang tidak mendukung tidak mematahkan semangat para pendaki lain, kami banyak berpapasan dengan pendaki yang baru akan naik ke Ranukumbolo. Tidak sedikit dari mereka adalah wisatawan asing. Di pos 1 saya malah bertemu dan sempat mengobrol dengan bapak yang usianya diatas 50 tahun. Beliau bersama teman - teman yang dulunya hobby naik gunung, mereka ke Ranukumbolo hanya untuk reuni. Salut sama semangat mereka walaupun sudah tidak muda lagi tapi jiwanya masih jiwa muda hehehe ...
Akhirnya
Tidak terasa akhirnya jam 4 sore kami sampai di pintu gerbang masuk pendakian, rasanya lega banget bisa menyelesaikan perjalanan. Dua orang mas - mas yang mengantar kami dengan sepedah motor sudah standbye dari jam 12 siang di desa Ranu Pane. Ternyata hujan hanya di Ranukumbolo sedangkan di desa Kunci dan Ranu Pane hanya mendung saja. 

Sebelum pulang ke desa Kunci kami mampir sebentar di rumah kerabat pak Mariadi. Disana kami istirahat dan mereka telah mempersiapkan makanan untuk kami, bahkan ibunya menyuguhkan cemilan dan teh hangat. Senang banget dengan rasa kekeluargaan mereka padahal kami tamu dan orang baru tapi disambut seperti keluarga. Akhirnya kami pamit pulang dan langsung menuju rumah mas Galuh di desa Kunci.

 




Comments

Popular posts from this blog

Cerita Horor di Puncak Galau Gunung Kapur Ciampea - Bogor

Cimaja Beach Club, Tempat Nongkrong Asik di Pelabuhan Ratu

Kini Akses Menuju Geopark Ciletuh Lebih Mudah dan Cepat Melalui Jalur Loji